Minggu, 01 Februari 2015

Akibat Banyaknya Mini market di Indonesia

Akibat Banyaknya Mini market di Indonesia

Assalamualaikum wr. wb

Ganasnya Minimarket
Welcome to the minimarket’s country. Itu slogan yang belum tertera di republik tercinta ini. Slogan itu bisa positif, bisa juga negatif. Positif jika itu memang jadi kekuatan. Negatif jika itu hanya dinikmati sedikit orang.
Nah kira-kira, ekspansi minimarket ke segala penjuru Indonesia, “buat untung atau malah jadi buntung?” Jawabnya tergantung posisi kita. Yang untung di antaranya pemilik waralaba, penerima waralaba, pemodal dan pemasok isi minimarket.


Ebook Motivasi

Coba longok, apa isi minimarket. Nyaris 100% barang-barang produksi industri. Tak ada titipan tetangga. Entah itu lontong atau bakwan goreng. Hahaha… Mana mungkin minimarket jualan itu bung! Justru ini titik pangkalnya. Satu dampak minimarket, hancurlah warung-warung rakyat.
Tak ada lagi kisah sambil berangkat sekolah, pelajar titipkan gorengan ibu di warung. Pulang sekolah, uang diambil untuk hidup. Satu warung rakyat tutup, berarti tutup pula rezeki tetangga-tetangganya. Tak ada lagi lontong Bang Ahmad, atau kue apem Mpok Saodah.
Lha bukankah itu sudah ada gantinya, yakni para penjual gorengan di tepi parkiran minimarket? Betul. Tapi tanyalah: “Berapa sewa per bulan?”
Orang Barat bilang “time is money”. Minimarket munculkan tradisi baru: “Place is money”.


Ebook Motivasi

Dengan matinya warung rakyat, tutup pula sebagian kegairahan bottom up dalam mengasah entrepreneurship dan kegigihan untuk hidup. Padahal ini penting, bahkan teramat penting. Dengan rakyat bergairah lakukan terobosan, itu wahana tingkatkan daya juang rakyat.
Rakyat yang terlatih kegigihannya, bakal jadi penopang kedaulatan bangsa. Rakyat yang dipinggirkan, bakal jadi beban dan benalu bangsa. Rumusnya jadi: “Rakyat gigih, bangsa untung. Rakyat disingkirkan, bangsa buntung”.
Tuan dan Puan, tutupnya warung-warung rakyat di belahan bumi Indonesia, ternyata terjadi setiap hari. Selalu terjadi kontradiktif bin anomali di sekitar kita. Satu kegiatan muncul, disitu untung dan sekaligus buntung terjadi.


Ebook Motivasi

Tiada hari tanpa tumbuh minimarket di Indonesia. Saat itu juga tiada hari tanpa matinya warung-warung rakyat.
Tragisnya itu semua terjadi dengan rencana, sistematis, di-back up modal besar, perbankan pun siap, dengan keunggulan sistem manajemen dan SDM. Sementara rakyat yang buka warung-warung cuma sekadar di ranah subsisten. Hanya sekadar untuk bertahan hidup.
Rakyat makin susah. Sementara negeri ini pun lupakan pesan Henry Kissinger: “You control food you control the people”. Suatu saat kelak, minimarket bakal kontrol rakyat. Pemerintah pun tersandera. Lampu merah bagi Deptan, Deperindag, Depkop dan UKM.
Di zaman kakek nenek, masih ada etika berbisnis. Jika akan buka toko, lihat kanan kiri, apakah sudah ada toko sejenis. Imam Syafi’i pendiri madzhab Syafi’i mengatakan: “Jika ada 2 masjid yang berdekatan, yang keliru adalah masjid yang belakangan”.


Ebook Motivasi

Ada dua pertanyaan: 1) Mengapa ayam kampung, beras dan kambing tak bisa dimonopoli? 2) Sedang sapi bisa dikuasai pemain besar?
Karena yang ke-1, masih diproduksi dan masih bisa langsung dijual rakyat. Yang ke-2 soal sapi, rakyat tak berkutik. Apalagi sapi import.
Rumus keburukan adalah 1 x 5. Entah dari mana rumus ini. Kita pakai saja. Maka satu mini market hadir, 5 warung rakyat tamat. Dengan 10.000 minimarket berdiri, berarti 50.000 warung rakyat karam. Pelemahan ekonomi rakyat sistematis, terrencana dan berpuluh-puluh tahun.
Ibarat mobil, kita bisa badingkan antara minimarket, supermarket dan hypermarket. Kesamaannya, ketiganya dilakukan pengusaha kakap. Bedanya, minimarket ibarat jualan dengan motor. Bisa menjemput bola di pelosok terpencil. Tak ada yang lepas dari jangkauannya. Retail.


Supermarket jualan dengan truk. Tak leluasa untuk berjalan ke sana sini. Hingga pembeli supermarket, sasarannya memang kelas middle up. Hypermarket jualan dengan truk gandengan. Tentu lebih sulit lagi menembus kantong-kantong rakyat. Maka jualannya musti grosiran.
Cuma sekarang tak lagi jelas apa yang boleh dan apa yangg tidak. Minimarket, supermarket dan hypermarket, semua sama. Pokoknya jualan! Liberal kita kebablasan. Saat dibutuhkan pemerintah tak ada. Atau “jangan-jangan pemerintah yang memang tak mau atau tak mampu?”
Coba jawab: “Lebih mudah jadi karyawan bank atau jadi anggota DPR?” Itu jawaban mengapa Indonesia bisa makin bubrah begini.
Bagaimana soal minimarket lebih lanjut, kita kuak kembali besok.
Oleh: Erie Sudewo

sumber: www.erisudewo.com

Wassalam...

=================================================================================================================================================== Ingin hidup jadi lebih bermakna... Kita harus dapat suntikan motivasi setiap hari.. supaya hidup terus berkembang.. coba deh anda klik gambar ini mungkin akan memberikan

wawasan dan pengetahuan baru bagi anda..

Ebook Motivasi 250x250

Tidak ada komentar:

Posting Komentar